“ Sejarah
Indonesia adalah Sejarah Pemudanya.”--(Benedict Anderson)--
Sudah
sepuluh tahun lebih, era reformasi berjalan menggantikan era orde baru yang
otoriter, oportunis, dan pragmatis. Era reformasi negeri ini diharapkan membawa
perubahan-perubahan berarti untuk mewujudkan masyarakat madani ( civil society) negeri Indonesia. Era
reformasi terlahir sebagai implikasi kegeraman rakyat atas sistem orde baru
yang seringkali menegasikan aspirasi rakyat dan penuh akan oligarki-oligarki
tertentu.
Mahasiswa
sebagai salah satu elemen penentu kehidupan bangsa turut andil dalam proses
revolusi sistem dari orde baru menuju era reformasi. Masyarakat seolah-olah
mendapat sebuah renaissance dalam
segala aspek kehidupan, serta tampak dengan jelas cita-cita kemerdekaan yang
tertuang dalam pembukaan UUD 1945 segera terwujud pada era yang baru ini,
terlebih melalui tangan dingin mahasiswa.
Kita
semua tahu, bahwa sejarah pergerakan bangsa Indonesia terlahir atas dasar
inisiasi kaum-kaum intelektual bangsa untuk segera lepas dari kungkungan campur
tangan penjajah. Pergerakan-pergerakan yang bersifat kedaerahan ( etnosentris )
lama-kelamaan luntur bertransformasi menjadi pergerakan nasional. Para
intelektual muda pada waktu itu beranggapan bahwa jika bangsa ini masih
bergerak sendiri-sendiri, parsial, dan
sarat kepentingan, bangsa ini tidak akan merdeka. Sehingga pejuang-pejuang
kemerdekaan merasa perlu adanya pergerakan secara masif dan terintegrasi, tak
terkecuali para pejuang kemerdekaan dari kalangan intelektual muda. Dan ikrar
kesatuan terhimpun menjadi satu dalam momen Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
Dimana pada waktu itu, semua elemen pemuda turut hadir berikrar janji bertanah
air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu, INDONESIA.
Mahasiswa
sebagai elit intelektual dari kalangan pemuda sudah seharusnya meneruskan
perjuangan bangsa Indonesia menuju cita-cita agung bangsa Indonesia. Mengapa
harus elit intelektual?. Mahasiswa merupakan komunitas istimewa yang diberi
kesempatan lebih untuk mengenyam pendidikan lebih tinggi. Mahasiswa sejatinya sudah
mengalahkan beribu-ribu pesaing untuk mendapatkan gelar Mahasiswa. Sehingga tidaklah
berlebihan jika Mahasiswa disebut sebagai elit intelektual yang semestinya
mampu menyelesaikan masalah-masalah kebangsaan saat ini maupun yang akan datang.
Mahasiswa
sebagai elit intelektual sejatinya dikaruniai sifat kepeloporan, keberanian,
dan kritis dalam menyikapi berbagai hal. Sifat-sifat tersebut dapat kita
dapatkan apabila kita mau dan berkomitmen untuk menempa diri dalam kawah
candradimuka kehidupan kampus. Ironisnya, saat ini mahasiswa terjerumus dalam
perilaku hedonisme dan pragmatisme. Tidak jarang kita temui mahasiswa yang
terlibat langsung dalam praktek NARKOTIKA serta berbagai hal yang berbau
materialistis belaka tanpa memikirkan nasib bangsa ini kedepan. Hal ini jelas
distortif dengan sifat kepeloporan, keberanian, dan kritis mahasiswa.
Mahasiswa sudah seharusnya berpikir
futuristik idealis untuk menunjang kehidupan di kampus. Membiasakan budaya
diskusi disemua lini baik dalam lingkup ketprofesian maupun sosial kebangsaan
merupakan salah satu cara menumbuhkembangkan sifat mahasiswa sebagai kaum elit
intelektual yang dikaruniai sifat kepeloporan, keberanian, dan kritis. Selain
itu berorganisasi juga merupakan salah satu cara yang tak kalah penting untuk menjaga
idealisme mahasiswa. Ingat, Sejarah Indonesia merupakan sejarah pemudanya.
Tidak ada kata tidak sanggup untuk mahasiswa untuk tidak berkontribusi untuk bangsa ini.
Karena sejatinya mahasiswa merupakan komunitas harapan bangsa yang mampu menyelesaikan
problematika-problematika bangsa ini. Tidak ada kata tidak sanggup untuk
mahasiswa untuk tidak mampu berbuat banyak untuk bangsa ini. Sudah saatnya mahasiswa berbicara lebih
dibidangnya masing-masing sesuai keprofesian maupun sosial kebangsaan. Sudah saatnya mahasiswa menjauhi
perilaku hedonisme dan pragmatisme. Sudah saatnya mahasiswa berpikir futuristik
idealis sesuai sesuai latar belakang mahasiswa sebagai elit intelektual yang
dikaruniai sifat kepeloporan, keberanian, dan kritis dengan mengedepankan
rasionalisasi berpikir bukan mengedepankan respons keadaan belaka.
Momentum
peringatan tujuh belasan tahun 2012 ini serta momen kembali ke kedaan fitri setelah
sebulan penuh melawan hawa nafsu dengan berpuasa dapat dijadikan suatu titik
awal kebangkitan pemikiran-pemikiran dan aksi-aksi mahasiswa saat ini.
DIRGAHAYU
REPUBLIK INDONESIA KE 67
SELAMAT
HARI RAYA IDUL FITRI 1433 H
MINAL
AIDZIN WAL FAIDZIN, semoga bangsa Indonesia menjadi bangsa yang selalu
diberkahi dan diridhoi oleh Allah SWT. Amiin.
GO AHEAD
YAKUSA...
ReplyDeleteHMI avant garde revolusi.
ReplyDeletesalam hangat untuk saudara seperjuangan