Delapan puluh empat tahun sudah sejarah bangsa ini terukir lewat pemuda. Delapan puluh empat tahun sudah ikrar kebangkitan perjuangan pemuda kita peringati. Delapan puluh tahun sudah kita memperingati perjuangan pemuda yang turut mengukir sejarah perjuangan bangsa ini lewat suatu ikrar sakral, ikrar suci, dan ikrar mulia, yakni SUMPAH PEMUDA.
Hari peringatan SUMPAH
PEMUDA, lazimnya kita peringati di tiap tahun, merupakan suatu momen yang wajib
diperingati oleh seluruh elemen bangsa ini, terutama kalanga pemuda untuk
mengingat sejarah perjuangan bangsa ini. JASMERAH ( Jangan Sekali-kali
Melupakan Sejarah ) merupakan suatu kutipan yang pas untuk bangsa ini supaya bangsa
ini dapat bangkit menuju masa depan cemerlang.
Namun suatu hal yang
juga lazim kita tanyakan di tiap peringatan hari besar nasional khususnya di
hari Peringatan SUMPAH PEMUDA. Apakah Negara ini sudah memaknai arti SUMPAH
PEMUDA ? Apakah pemuda negeri ini sudah
menjiwai latar belakang ikrar SUMPAH PEMUDA delapan puluh empat tahun silam ? Apakah
pemuda negeri ini sudah mengamalkan isi SUMPAH PEMUDA dalam kehidupan
sehari-hari untuk pembangunan bangsa yang lebih baik?
Di era ini,
modernisasi-modernisasi banyak kita jumpai. Mulai dari perkotaan hingga
pedesaan, mulai dari perkantoran, hingga persawahan. Identifikasi modernisasi yang berkiblat pada westernisasi
membuat sebagian besar pemuda negeri ini terlena dalam mengawal kemerdekaan
negeri ini. Budaya konsumtif dan hedonis meracuni sebagian besar pemuda negeri
ini. Pemuda sebagai harapan bangsa seakan-akan telah tidak relevan lagi di
negeri ini. Pergaulan pemuda sekarang yang cenderung mengarah hal-hal hedonis,
seks bebas, pornografi, dan konsumsi narkotika sangat kontradiksi dengan isi
SUMPAH PEMUDA. Budaya diskusi di kampus yang diharapkan dapat mencetak
pemuda-pemuda kampus yang kritis, inovatif, dan peduli terhadap keadaan bangsa
seakan-akan sudah hilang ditelan kemewahaan dunia. Apa kata dunia, jika pemuda
kampus, yang notabene merupakan kaum elit intelektual sudah tidak lagi
memikirkan keadaan bangsa ini ? Apa kata
dunia jika mahasiswa, yang notabene merupakan calon pemimpin bangsa hanya
memikirkan kehidupan pribadi, kemewahan diri, serta kekayaan diri setelah lulus dari perguruan
tinggi ? TUNGGU SAAT KEHANCURAN NEGARA INI
Inikah potret pemuda ?
Inikah potret mahasiswa Indonesia ?
Pemuda Indonesia
terlahir dengan status yang sangat mulia, pemuda Indonesia terlahir mengemban
misi sakral. Tanggung jawab untuk terwujudnya masyarakat adil, makmur, dan
sejahtera merupakan tugas mulia yang diamanahkan bangsa ini untuk pemuda
Indonesia. Dalam hal ini Mahasiswa. Status mulia mahasiswa sebagai kaum elit
intelektual sudah semestinya dimaknai dan dijiwai oleh segenap mahasiswa
Indonesia. Tidak banyak pemuda di negeri ini yang mendapat status mahasiswa.
Hal ini merupakan suatu alasan mahasiswa menjadi kaum elit. Intelektual
mempunyai arti mampu berpikir beda dalam menyikapi keadaan. Berpikir beda
mempunyai arti berpikir kritis, berpikir kritis membutuhkan keberanian, baik
dalam berpikir maupun bertindak. Hal inilah yang seharusnya ditumbuhkan dalam
diri mahasiswa Indonesia. Budaya diskusi sudah seharusnya ditumbuhkan lagi,
peraturan represif untuk kehidupan kemahasiswaan oleh pihak birokrasi sudah
selayaknya ditentang. Jangan sampai Peristiwa Normalisasi Kehidupan
Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan di era Orde Baru terulang kembali di era
saat ini. Peran mahasiswa sebagai Social
Control sudah semestinya di amalkan secara komprehensif, karena mahasiswa merupakan agen perubahan bangsa ini
menuju bangsa yang madani sehingga cita-cita SUMPAH PEMUDA dapat terbukti,
serta cita-cita kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat
terealisasi.
“
Jika ingin menghancurkan peradaban suatu
bangsa, hancurkan ingatan tentang sejarah bangsa di otak para pemudanya “
Selamat Hari Peringatan
SUMPAH PEMUDA Ke-84
28 Oktober 2012
HMI avant garde revolusi
0 comments
Posts a comment