Sepuluh
Nopember yang lalu, rakyat Indonesia memperingati hari yang penuh nilai
histori. Hari Pahlawan, sebiuah refleksi kehidupan berbangsa dan bernegara
Indonesia dengan memperhatikan semangat perjuangan para pahlawan dalam upaya mempertahankan
kemerdekaan di masa lampau. Relevansi dengan kehidupan masa kini yang penuh
tantangan mempertahankan kemerdekaan dalam ruang perubahan dinamika perjuangan
di masa kini.
Era
modern yang identik dengan globalisasi serta westernisasi mengharuskan bangsa
ini beradaptasi untuk mempertahankan
eksistensi dalam rangka upaya menjaga kesejahteraan umat dan perdamaian
dunia. Liberalisme seolah-olah telah membelenggu dan mempengaruhi berbagai
pemikiran dan tingkah laku manusia modern. Mereka yang menilai keadaan ini sebagai
suatu hal sudah semestinya terjadi sesuai perkembangan zaman, akan mengikutinya
semata-mata hanya mencari eksistensi diri agar mampu bertahan hidup bagaikan
partikel air yang mengalir mengikuti arah dan kecepatan aliran air. Sebaliknya,
bagi mereka yang menganggap ini bagaikan buaya-buaya di perairan yang tenang
akan selalu memperhatikan kondisi sekitar dan selalu melihat dan memperhatikan
buaya-buaya, yakni memprediksi bahaya-bahaya yang akan terjadi jika semangat
westernisasi menggerogoti bumi ini. Invasi semangat westernisasi oleh bangsa
barat ke berbagai penjuru belahan dunia, termasuk Indonesia, telah banyak
merubah paradigm berpikir kaum intelektual di berbagai penjuru dunia, tak
terkecuali Indonesia.
Indonesia,
bangsa yang beragam budaya, kaya raya akan sumber daya alam merupakan salah
satu bangsa yang terlintasi dan disinggahi nilai historis dalam perkembangan
invasi westernisasi global. Indonesia dijajah kurang lebih tiga ratus lima
puluh tahun oleh Belanda. Selama masa penjajahan, tidak kurang intelektual pribumi menyumbangkan pengaruhnya
melalui pemikiran-pemikiran visioner menyatukan Nusantara menuju Indonesia
merdeka.Banyak bermunculan organisasi-organisasi di masa itu. Umumnya,
Organisasi-organisasi di awal abad 20an masih bersifat kedaerahan (etnosentris ). Organisasi-organisasi
tersebut berusaha merumuskan berbagai pemikiran untuk membangkitkan semangat
kejuangan menuju bangsa yang terbebas dari cengkeraman bangsa penjajah. Momentum menyatukan berbagai
pemikiran yang masih bersifat kedaerahan
jatuh pada 28 Oktober 1928, menjadi titik tekan perjuangan bangsa
Indonesia yang lebih terorganisir dan sistematik dengan menjunjung tinggi
semangat berbangsa, berbahasa, dan bertumpah darah satu, Indonesia.Atas dasar
persamaan perjuangan, bangsa ini mampu melawan hegemoni Barat serta dominasi
Asia Raya kurang lebih 4 tahun sebelum Bung Karno dan Bung Hatta atas nama
bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Momentum
peringatan hari pahlawan pada tanggal sepuluh nopember kali ini, wajib
direnungkan oleh segenap elemen bangsa Indonesia. Kaum elit intelektual
(mahasiswa) harus mampu menghayati peran dan fungsinya. Tanpa kemauan untuk
mengingat dan merenungkan semangat arek-arek Suroboyo dalam mempertahankan kemerdekaan
Indonesia pada 10 Nopember 1945, mustahil bangsa ini mampu berdiri membawa sang
saka Merah-Putih di tiap langit Negara Indonesia. Mahasiswa sebagai garda
terdepan revolusi bangsa harus siap menjadi pemimpin masa depan bangsa ini
dalam mengawal kemerdekaan serta mewujudkan masyarakat adil, makmur, dan
sentosa sesuai amanah kemerdekaan yang direbut oleh para pejuang yang rela
mengorbankan jiwa dan raga untuk bangsa tercinta, INDONESIA.
SEMANGAT
BERKARYA UNTUK BANGSA
HMI,
avant garde revolusi
0 comments
Posts a comment