Saturday, February 9, 2013

LEBIH BAIK (MISKIN)




Sudah lebih kurang  lima belas tahun Indonesia hidup dalam bingkai reformsi. Reformasi menuntut Indonesia mampu mensejahterakan rakyatnya. Amanat kemerdekaan yang diraih sejak enam puluh tujuh tahun yang lalu merupakan amanah yang tidak main-main untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat serta mampu mensejahtarkan rakyatnya dalam bingkai keberagaman wajah Indonesia. Kekayaan Sumber Daya Alam melimpah ruah tersebar di berbagai daerah dalam wilayah Kesatuan Republik Indonesia. Banyaknya hasil suvey yang menyatakan kekayaan alam Indonesia merupakan bukti nyata kekayaan alam Negara tercinta Indonesia. Bahkan saking banyaknya hasil survey tersebut, penulis tidak akan menyertakan satu pun hasil survey dalam tulisan  singkat ini.
Namun, sayang seribu sayang, kekayaan alam Negara yang tak ternilai harganya hanya dapat dirasakan segelintir manusia Indonesia. Mereka memanfaatkan kedudukan serta status sosial untuk memperkaya diri tanpa memikirkan nasib manusia-manusia Indonesia lain yang menurut tafsir perjuangan Indonesia di zaman kemerdekaan adalah mati bersama dalam kebebasan atau hidup terkekang dalam penjajahan. Penjajahan melalui pemikiran sudah sangat massif meracuni manusia pragmatis Indonesia, sehingga berakibat pada keengganan untuk mewujudkan cita-cita kesejahteraan dan keadlian bagi rakyat Indonesia dalam pembukaan UUD 1945. Salah satu dampak akibat perilaku tersebut adalah pemikiran-pemikiran tentang pengolahan kekayaan alam yang futuristic secara mandiri. Manusia pragamatis Indonesia seakan-akan tidak mempercayai kemampuan saudara sebangsa setanah air Indonesia dalam menangani kekayaan alam negeri ini. Banyaknya hasil-hasil kontrak asing dengan pihak pemerintah dalam penangan kekayaan alam merupakan bukti nyata betapa bodohnya Negara ini dalam mengurus negerinya sendiri.
Sekarang kita bandingkan dengan Negara Jepang yang konon katanya merupakan Negara dengan tingkat kesejahtaraan rakyatnya sangat merata serta merupakan salah satu kekuatan ekonomi dunia. Bangsa Jepang lahir kembali dari kehancuran akibat tragedi Hiroshima dan Nagasaki. Bangsa Jepang merupakan bangsa yang tidak memiliki sumber daya alam melimpah bak Indonesia. Namun, keadaan yang demikian mendorong seluruh elemen bangsa terutama dari kalangan pemerintah berpikir bagaimana bangsa ini(Jepang) dapat makmur, sedangkan kekayaan alam Negara ini(Jepang) hampir tidak mungkin mensejahterakan rakyat. Penguasaan terhadap ilmu pengetahuan adalah kuncinya. Bangsa Jepang mampu berpikir di luar kondisi bangsa untuk memanfaatkan kesempurnaan manusia sebagai makhluk yang senantiasa berpikir. Kemandirian teknologi merupakan realisasi terhadap analisa kemampuan berpikir manusia yang tiada tahu berapa batasannya. Kemandirian teknologi serta kemauan seluruh elemen untuk berpikir mendorong bangsa Jepang mampu menciptakan kekaryaan hasil anak bangsa sendiri walaupun sumber-sumber materi banyak didapat dari bangsa lain. Sebagai contoh industri otomotif. Ketersediaan alam akan kandungan bijih besi yang mustahil ditemukan di Negara Jepang dapat teratasi dengan berbagai kebijakan Negara Jepang akan impor bijih besi dari Negara penghasil. Penguasaan teknologi secara massif komprehensif menjadikan harga impor bijih besi yang diimpor dalam materi dasar ( tanpa proses pengolahan ) sangat murah jika diimpor sudah melalui berbagai proses pengolahan. Hal tersebut yang dimanfaatkan oleh pemerintah Jepang yang bekerja sama dengan teknokrat-teknokrat Negara mewujudkan kemandirian teknologi pengolahan bijih besi menjadi sesuatu yang sangat berharga.
Satu pertanyaan yang dapat disederhanakan dalam akhir tulisan singkat ini. Apakah Bangsa ini (Indonesia) harus menjadi bangsa Jepang yang miskin kekakyaan alam  untuk dapat mandiri dalam penguasaan teknologi ? Pertanyaan yang seharusnya dapat dijawab oleh manusia-manusia Indonesia yang terlahir dalam kondisi kesempuraan akal.

Jayalah Negaraku Indonesia       

0 comments

Posts a comment

 
© 2013 HMI Komisariat Perkapalan Sepuluh Nopember | Gebang Lor 14 Surabaya
Designed by HMI Komisariat Perkapalan
Back to top