Berawal
dari kondisi di awal kemerdekaan bangsa Indonesia yang membutuhkan kekuatan
untuk dapat mempertahankan kemerdekaan bangsa, mendorong Lafran Pane berjuang
membentuk organisasi mahasiswa yang dapat menopang kemerdekaan bangsa pada
zaman tersebut hingga pada keesokan masa depan bangsa. Bermula dari kuliah
Kuliah Tafsir oleh dosen Husein Yahya di Sekolah Tinggi Islam (STI), Yokyakarta,
Lafran Pane memberanikan diri untuk meminta izin menggunakan tempat dan waktu
kuliah tersebut dipakai rapat penting untuk pembentukan organisasi mahasiswa.
Lafran Pane tampil di depan kelas menjelaskan secara lantang pemikirannya untuk
segera membentuk organisasi mahasiswa Islam karena kebutuhan yang mendesak.
Diantaranya adalah kondisi mahasiswa yang enggan memikirkan keberlangsungan
kemerdekaan Negara Indonesia karena kesan glamour sangat merekat pada mahasiswa
Indonesia di awal kemerdekaan. Selain itu, Lafran Pane menilai bahwa kondisi tersebut
disebabkan oleh sikap mahasiswa yang enggan untuk mempelajari masalah-masalah
keagamaan. Lafran Pane memiliki pandangan banhwa sudah saatnya mahasiswa Islam
memiliki wadah untuk berhimpun serta memperjuangkan derajat rakyat Indonesia serta
kemerdekaan Indonesia dengan menitik-beratkan nilai-nilai Islam sebagai
landasan dalam berjuang. Sehingga lahir mahasiswa-mahasiswa Islam yang mampu
mengisi kemerdekaan dengan mengembangkan dan menegakkan ajaran agama Islam
sebagai upaya untuk mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi
derajat rakyat Indonesia. Melaluui ijin Allah SWT, tepat pada tanggal 14 Rabiul
Awal 1366 H bertepatan dengan 5 Februari 1947 M, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
berdiri.
Dengan
menjadikan semangat Ke-Islaman dan Ke-Indonesiaan sebagai landasan berjuang,
HMI mampu mencetak kader-kader yang mumpuni dan tersebar di berbagai sektor, mulai dari
kalangan birokrasi hingga professional. Pemahaman status, fungsi, dan peran
oleh kader-kader HMI merupakan suatu
keharusan dalam menghadapi tantangan zaman yang mengharuskan persaingan untuk
menjadi pemenang. Status HMI sebagai organisasi mahasiswa, fungsi HMI sebagai
organisasi kader, dan peran HMI sebagai organisasi perjuangan selalu menjadi
senjata utama kader HMI dalam berjuang mewujudkan masyarakat adil makmur yang
diridhoi Allah SWT. Sebagai organisasi yang beernafaskan Islam, HMI harus
senantiasa mempelajari dan mengembangkan wawasan ke-Islaman sehingga dapat
tercetus ide-ide/pemikiran-pemikiran/karya-karya yang bersifat pembaharu yang
dapat bermanfaat bagi masyarakat. HMI harus dapat mengambil peran populis dalam
masyarakat dengan memaksimalkan potensi-potensi pengabdian oleh kader-kader HMI
sesuai amanah dalam Tri Darma Perguruan Tinggi yang mengharuskan mahasiswa
selalu mengabdi serta di tegaskan kembali dalam tujuan HMI, yakni menjadi Insan
Pengabdi. Proses Pengaderan yang mengarah pada pembinaan kader yang memiliki
jiwa militan dan kritis harus senantiasa dilakukan guna menjadikan HMI sebagai
organisasi yang berani bersuara dan menyuarakan kepentingan rakyat di atas
segala-galanya. Dalam memperingati Milad HMI ke-66, merupakan pekerjaan rumah
besar bagi tiap kader HMI untuk senantiasa berkader dengan menjadikan wawasan
Ke-Islaman ke-Bangsaan sebagai refleksi dasar untuk perbaikan diri serta berani
mengambil peran populis dalam masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan HMI yakni
terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung
jawab atas terwujudnya masyarakat aadil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu
wata’ala. Yakinlah bahwa setiap usaha akan tercapai.
“HMI Harapan Masyarakat Indonesia” (Jenderal Sudirman)
Bahagia HMI
Selamat Milad
HMI ke-66
5 Februari
1947- 5 Februari 2013
0 comments
Posts a comment